SARI PENELITIAN PENDIDIKAN 2006 (3)

a9kcl
Kode : PTK.2006.15
Peneliti/Penulis : Sumarwati1), Sudarsono2), Suradi2)
Institusi : 1) Universitas Negeri Semarang, 2) SDN 15 Surakarta
Judul : Pemakaian Bahasa Komunikatif untuk Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Matematika pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 15 Surakarta

a9kcl
Bidang Kajian : Pemecahan Soal Cerita Matematika
Kata Kunci : bahasa komunikatif, soal cerita matematika

Penelitian ini mengangkat masalah rendahnya kemmpuan memecahkan masalah soal cerita Matematikan pada siswa kelas 5 SD Negeri Surakarta lantaran bahasa yang digunakan kurang komunikatif. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan cara dan prosedur pembelajaran soal cerita matematika dengan menggunakan bahasa yang komunikatif untuk siswa-siswa tersebut.

Tujuan penelitian dicapai lewat tindakan dua siklus yang direncanakan setelah melakukan analisis terhadap masalah yang dihadapi siswa. Persiapan tindakan melibatkan kerja kolaboratif tim peneliti dalam kegiatan berikut: (a) merancang skenario pembelajaran, (b) menyiapkan media (termometer dan gambar sumur, dan (c) membenahi bahasa pada soal-soal cerita matematika yang diambil dari dua buku pelajaran Matematika. Pembenahan soal mencakup penambahan kata ukuran/satuan dan benda dalam kalimat, mengubah kata kerja, mengganti pelaku dengan tokoh binatang/manusia idola siswa, dan melengkapi informasi tentang konteks soal (lokasi, pelaku, dan waktu). Rangkaian kegiatan setiap siklus dimulai dengan kegiatan (1) apersepsi dengan kegiatan penguatan (reinforcement), dilanjutkan dengan (2) penjelasan guru tentang penggunaan bilangan bulat positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari, (3) diikuti dengan latihan siswa dalam mengerjakan secara klasikal soal-soal cerita yang disampaikan secara lisan oleh guru, dan (4) latihan soal-soal cerita tertulis yang dikerjakan siswa secara perorangan. Keempat kegiatan ini dilakukan pada pertemuan 1 pada setiap siklus, dan dilanjutkan pada kegiatan pembahasan soal dan jawabannya pada pertemuan 2. Selama proses pembelajran berlangsung, dilakukan kegiatan penguatan Proses pembelajaran diamati dan hasil kerja siswa dianalisis.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa bahasa komunikatif meningkatkan motivasi dan keberhasilan siswa dengan rincian peningkatan berikut: (1) keaktifan siswa selama (a) apersepsi (Siklus 1 60%, Siklus 2 80%, Siklus 3 90%), dan (b) selama penyampaian materi (Siklus 1 70%, Siklus 2 80%, Siklus 3 95%); (2) semangat selama mengerjakan soal cerita (Siklus 1 70%, Siklus 2 75%, Siklus 90%); (c) keberhasilan menerjemhakan minimal 80% soal cerita ke dalam notasi hitung secara benar (Siklus 1 70%, Siklus 2 90%, Siklus 3 90%); dan (d) keberhasilan menjawab minimal 80% soal cerita secara benar (Siklus 1 70%, Siklus 2 70%, Siklus 3 90%). Kesimpilannya adalah pembenahan bahasa pada soal-soal cerita Matematikan menjadi lebih komunikatif dapat meningkatkan motivasi dan keberhasilan siswa dalam menterjemahkan soal ke notasi hitung dan keberhasilan mereka dalam memecahkan soal-soal tersebut.
IMPLIKASI

Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa kegagalan siswa dalam mengerjakan soal-soal cerita Matematika dapat disebabkan oleh keruwetan bahasa yang digunakan. Hal ini berarti bahwa buku-buku pelajaran Matematika yang beredar belum terjamin kualitas soal-soalnya. Oleh sebab itu, para guru sebaiknya mencermati dan menganalisis terlebih dahulu bahasa dalam soal-soal cerita Matematika dan membenahi bahasa yang dinilai kurang komunikatif. Untuk menjamin peningkatan keberhasilan pembelajaran Matematika, yang memiliki peran strategis dalam pengembangan kemampuan penalaran siswa, perlu dilakukan analisis terhadap soal-soal cerita Matematika yang dimuat dalam buku-buku pelajaran yang beredar. Akan lebih ringan jika analisis tersebut dilakukan oleh MGMP Matematika dan diikuti dengan pembenahan bahasa soal-soal tersebut secara kolaboratif-kooperatif.

SARI PENELITIAN

Kode : PTK.2006.17
Peneliti/Penulis : I Ketut Tika 1), Desak Hariningsari 2), Ni Nyoman Sukerti 2)
Institusi : 1) Universitas Pendidikan Ganesha, 2) SMPN 6 Singaraja
Judul : Implementasi Strategi 5e dengan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual Sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja
Tahun Laporan : 2006
Bidang Ilmu : Pendidikan Fisika
Bidang Kajian : Pembelajaran Fisika
Kata Kunci : strategi 5e, perubahan konseptual, miskonsepsi

Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan profil pengetahuan awal siswa, mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, dan mendeskripsikan respon siswa SMPN 6 Singaraja terhadap strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika.

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IXA dan IXD SMPN 6 Singaraja, semester 1 tahun pelajaran 2005/2006, sedangkan objek penelitian tindakan ini adalah strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika, pengetahuan awal dan perubahan miskonsepsi, hasil belajar, dan respon siswa. Data tentang pengetahuan awal dan perubahan miskonsepsi, hasil belajar siswa, dikumpulkan dengan metode tes. Sedangkan data tentang respon siswa dikumpulkan dengan kuesioner. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus dengan tindakan pembelajaran 5E (engagement, eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi). Melalui strategi pembelajaran 5E, guru memfasilitasi siswa dalam menggali pengetahuan awal, memberikan apersepsi/motivasi pada fase engagement, kemudian pemecahan masalah atau pengumpulan informasi, pengkontruksian makna dilakukan pada fase eksplorasi, dan untuk mengaitkan konsep yang telah diperoleh secara kontekstual dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran menjadi bermakna dilakukan pada fase eksplanasi dan fase elaborasi. Serta sebagai umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan pada fase evaluasi.

Dengan menggunakan analisis deskriptif diperoleh temuan sebagai berikut. 1) Profil pengetahuam awal siswa sebagian besar diwarnai miskonsepsi, berturut-turut pada kelas IXA dan IXD yakni 69,3% dan 68,9% pada siklus I, 69,3% dan 71,9% pada siklus II, dan 66,7% dan 85,4% pada siklus III. 2) Setelah implementasi strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika, miskonsepsi dapat diubah menjadi konsep ilmiah berturut-turut pada kelas IXA dan IXD sebesar 37,8% dan 26,6 pada siklus I, 7% dan 26,6% pada siklus II, dan 29,5% dan 28,9% pada siklus III. 3) Implementasi strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif yaitu dari berkategori cukup pada siklus I, menjadi berkategori baik pada siklus II dan III. 4) Implementasi strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek afektif yaitu dari berkategori cukup pada siklus I, menjadi berkategori baik pada siklus II dan III. 5) Implementasi strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek psikomotor yaitu dari berkategori cukup aktif pada siklus I, menjadi berkategori aktif pada siklus II dan III. 6) Respon siswa terhadap implementasi strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika termasuk berkategori baik.

Berdasarkan temuan ini, disarankan kepada guru fisika kelas IXA dan IXD SMPN 6 Singaraja untuk dapat mengoptimalisasi penerapan strategi siklus belajar 5E dengan bahan ajar bermuatan perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika secara berkesinambungan dalam upaya mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, meningkatkan kualitas hasil belajar, dan mengarahkan respon siswa ke arah yang positif terhadap pembelajaran fisika.

IMPLIKASI

Untuk mengimplementasi pembelajaran dengan strategi 5E ini guru memfasilitasi siswa dengan bahan ajar bermuatan model perubahan konseptual. Model perubahan konseptual yang tertuang dalam bahan ajar fisika memiliki enam langkah yaitu : (1) sajian masalah konseptual dan kontekstual, (2) sajian miskonsepsi yang secara umum terjadi terkait dengan masalah-masalah tersebut, (3) sajian sangkalan, (4) sajian konsep dan prinsip secara ilmiah, (5) sajian materi dan contoh-contoh kontekstual, (6) sajian-sajian pertanyaan-pertanyaan untuk memandu pemerolehan hasil belajar.

SARI PENELITIAN

Kode : PTK.2006.18
Peneliti/Penulis : Partaya 1), Purwaningsih 2), Arba’a Insani 2)
Institusi : 1) Universitas Negeri Semarang, 2) SMPN 9 Semarang
Judul : Penggunaan Bagan Dikhotomi sebagai Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keanekaragaman Hewan pada Siswa Kelas I SMP Negeri 9 Semarang
Tahun Laporan : 2006
Bidang Ilmu : Pendidikan Biologi
Bidang Kajian : Pembelajaran Biologi
Kata Kunci : bagan dikhotomi, hasil belajar, keanekaragaman hewan

Pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas VII SMP Negeri 9 Semarang didominasi oleh metode ceramah dan latihan mengerjakan soal, dan belum ditunjang oleh metode lain seperti eksperimen dan pengamatan sebagai penunjang teori yang ada. Hal ini mengakibatkan aktivitas pembelajaran yang berlangsung tanpa diiringi diskusi yang menarik dan siswa tidak tertantang untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Selain aktivitas belajar siswa yang sedikit juga hasil belajar yang diperoleh juga rendah. Data siswa menunjukkan bahwa nilai rerata ulangan harian siswa pada konsep pengelompokkan hewan hanya sebesar 6,2 dengan ketuntasan klasikal sebesar 51%. Untuk memperbaiki hal tersebut di atas digunakan bagan dikhotomi sebagai pendekatan kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar materi Biologi siswa terutama dalam materi keanekaragaman hewan. Melalui bagan dikhotomi diperlihatkan pembagian konsep yang maknanya lebih besar menjadi konsep yang maknanya lebih kecil secara dikhotomi (berpasangan). Penyajian bagan dikhotomi tersebut merupakan bentuk gabungan bagan dan poster yang mengandung pesan dan kesan serta diikuti dengan gambar-gambar yang relevan dengan keterangan konsepnya. Hal ini dharapkan dapat memperbaiki hasil belajar keanekaragaman hewan.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus dengan menerapkan penyusunan bagan dikhotomi konsep oleh siswa sebagai pendekatan kontekstual dengan dipandu specimen awetan, gambar dan LKS. Secara berkelompok siswa mengamati spesimen/gambar hewan vertebrata tentang ciri-ciri dan contoh masing-masing kelas, serta membedakan hewan poikiloterm dan hewan homoioterm. Melalui diskusi, informasi dan tanya jawab guru mengungkapkan untuk mengungkapkan kembali hasil kegiatan sekaligus pengembangan materi dengan bagan dikhotomi konsep untuk meningkatkan pemahaman siswa. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIIG di SMP Negeri 9 Semarang angkatan 2006/2007. Untuk mendapatkan data hasil penelitian yang terfokus pada peningkatan nilai hasil belajar individual dan kelompok dan keaktifan belajar siswa penelitian ini menggunakan angket, wawancara, lembaran observasi kelas, dan portofolio.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata siswa meningkat dari nilai 51 pada siklus I menjadi 75 paa siklus II dan 80 pada siklus III. Hasil angket motivasi siswa dalam proses pembelajaran juga menunjukkan prosentase yang meningkat, yaitu pada siklus I sebesar 75,33%, pada siklus II sebesar 84,21%, dan pada siklus III sebesar 91,56%. Hasil observasi guru dalam melaksnaakan proses pembelajaran paa siklus I menunjukkan bahwa guru kurang memotivasi siswa. Pada siklus II kegiatan pembelajaran dilengkapi dengan bagan dan alat bantu specimen. Hasil menunjukkan bahwa guru lebih memotivasi siswa dikarenakan pembelajaran dilengkapi dengan tanya jawab dan diskusi. Pada siklus III siswa lebih termotivasi karena mereka diminta mempresentasikan pengelompokan hewan dengan menggunakan LKS dan bagan dikhotomi konsep.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bagan dikhotomi konsep sebagai pendekatan kontkstual dapat meningkatkan hasil belajar keanekaragaman hewan pada siswa kelas I SMP Negeri 9 Semarang. Hasil lain menunjukkan bahwa kinerja guru semakin meningkat dalam hal mengatur dan menyelenggarakan proses pembelajaran meskipun belum tercapai secara nyata. Guru semakin berkurang melakukan penjelasan materi melaluiceramah tetapi guru lebih banyak memberikan pertanyaan secara aktif untuk memotivasi siswa menjawab dan berdiskusi mengemukakan pendapatnya. Hasil refleksi menunjukkan bahwa masih dibutuhkan adanya perbaikan proses pembelajaran terutama dalam hal guru memberikan pertanyaan, jenis pertanyaan yang dikemukakan, kesempatan siswa berdiskusi, menjawab peranyaan dan mengemukakan pendapatnya.

IMPLIKASI

Dalam menerapkan penggunaan Bagan Dikhotomi Konsep sebagai Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar keanekaragaman hewan dilaksanakan dalam dua tahapan. Pertama, sebelum pembelajaran dilaksanakan: a) pengenalan pembelajaran tentang bagan dikotomi konsep, b) pembagian kelompok siswa secara heterogen, c) mempelajari materi yang diberikan dalam kelompok. Kedua, saat pembelajaran dilaksanakan: a) pengamatan terhadap pembelajaran guru, b) pengamatan kegiatan kelompok siswa, c) diskusi kelompok, d) pemberian penguatan dan penggunaan media bagan dikotomi konsep, e) wawancara siswa, f) pemberian tes akhir, dan g) pengumpulan portofolio.

SARI PENELITIAN

Kode : PPKP.2006.02
Peneliti/Penulis : I Wayan Redhana, Ngadiran Kartowasono
Institusi : Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA,
Universitas Pendidikan Ganesha
Judul : Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Minat, Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar
Mahasiswa
Tahun Laporan : 2006
Bidang Ilmu : Pendidikan Sains
Bidang Kajian : Metode Pembelajaran Sains/Kimia
Kata Kunci : pembelajaran berbasis masalah, pemecahan masalah, minat
belajar, hasil belajar

Fokus penelitian ini adalah rendahnya minat belajar, keterampilan memecahkan masalah, dan hasil belajar, untuk matakuliah Kimia Dasar II. Rendahnya minat belajar ini terlihat antara lain dari kenyataan mahasiswa sering terlambat menyerahkan tugas, pengerjaan tugas kelompok hanya dilakukan satu-dua orang, jarang menggunakan sumber-sumber tambahan dan jarang pula mendiskusikan tugas yang harus dikerjakan bersama kelompoknya. Keterampilan pemecahan masalah yang rendah terlihat dari kenyataan bahwa mahasiswa sulit merumuskan pemecahan untuk masalah-masalah secara terbuka. Mereka hanya terbiasa memilih dari sejumlah pemecahan yang ditawarkan. Rendahnya kualitas hasil belajar mahasiswa terlihat dari banyaknya mahasiswa yang tidak lulus atau sekedar memperoleh nilai C.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Tindakan yang dipilih adalah pembelajaran berbasis masalah. Pilihan atas pendekatan pembelajaran ini didasari atas asumsi bahwa pembelajaran yang lebih berpusat pada mahasiswa akan lebih meningkatkan keterlbatan mahasiswa di dalam proses belajar, sehingga akan mengasah berbagai potensi atau berbagai dimensi kemampuan belajar mahasiswa yang selama ini tidak termanfaatkan. Sebelum diberikan masalah yang harus dipecakan kepada mahasiswa diberikan penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan kompetensi-kompetensi apa yang diharapkan dapat dicapai. Selain itu mahasiswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, termasuk konsep-konsep atau istilah-istilah yang mungkin bau bai mereka. Kemudian mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan orientasi masalah, membentuk kelompok-kelompok belajar, melakukan penyelidikan kelompok, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi, dan menyajikannya kepada seluruh kelompok. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, IKIP Singaraja semester VIII tahun akademik 2005/2006, berjumlah 19 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat, keterampilan pemecahan masalah, dan hasil belajar mahasiswa. Selain itu juga meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mencari sumber-sumber informasi, pemahaman konsep, kemampuan belajar mandiri dan kepekaan terhadap masalah yang dihadapi. Mahasiswa juga menyikapi positif penggunaan model pembelajaran ini. Kelemahan yang dirasakan dari penerapan model pembelajaran ini adalah waktu belajar yang relatif lebih panjang dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih banyak.

IMPLIKASI

Untuk mengembangkan semua potensi atau kemampuan belajar mahasiswa yang mungkin masih belum banyak terpaparkan dan termanfaatkan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan belajar yang mengoptimalkan peran mahasiswa, seperti pembelajaran berbasis masalah. Pendekatan semacam ini akan melatih dan mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi, melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan pemecahan yang paling baik, dan mengambil keputusan.
Agar keterlibatan belajar tingkat tinggi semacam ini dapat terjadi pada diri mahasiswa latihan harus sering dilakukan. Komunikasi tentang dampak yang dirasakan mahasiswa dengan menjalani proses belajar demikian ini perlu pula dilakukan agar mafaat yang diperoleh dapat dimaksimalkan dan mahasiswa menjadi biasa untuk belajar secara mandiri.

SARI PENELITIAN

Kode : PPKP.2006.05
Peneliti/Penulis : Partini, Nanan Nuraenih, Evi Wardani
Institusi : Universitas Islam Nusantara Bandung
Judul : Penggunaan Model Kooperatif pada Pembelajaran KAPSELMAT III dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Mahasiswa
Tahun Laporan : 2006
Bidang Ilmu : Pendidikan Matematika
Bidang Kajian : Pembelajaran Matematika
Kata Kunci : model kooperatif think pair share (TPS), motivasi belajar matematika, prestasi belajar matematika

Berbagai inovasi pembelajaran telah muncul dalam rangka upaya memperbaiki kualitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) adalah salah satu inovasi pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil, saling bekerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah atau tugas untuk mencapai tujuan bersama, yang secara empirik dapat meningkatkan hasil belajar. berdasarkan hasil pengamatan pada mata kuliah Kapita Selekta Matematika III sebelumnya di UNINUS Bandung menunjukkan bahwa motivasi belajar mahasiswa masih kurang dan prestasinya belum memuaskan. Penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif TPS ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa.

Metode penelitian tindakan kelas digunakan dalam penelitian ini. Subjek yang digunakan adalah mahasiwa yang mengikuti perkuliahan kapita selekta matematika II. Objek penelitian adalah motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Instrumen yang digunakan meliputi tes, angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 4 siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan perencanaan yang dilakukan diantaranya membuat satuan acara perkuliahan, menyusun bahan ajar dan perangkat tes, lembaran observasi, dan angket harian mahasiswa. Pelaksanaan tindakan meliputi pengelompokan mahasiswa, pemberian apersepsi, berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok, serta pemberian penguatan dan diakhiri dengan evaluasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan belajar kooperatif TPS ini. Berdasarkan hasil penilaian mahasiswa angket dan wawancara diketahui bahwa menggunakan pendekatan kooperatif TPS perkuliahan menjadi menyenangkan, bermanfaat, menarik, perlu dipelajari dan menantang serta perlu selalu digunakan dalam perkuliahan. Model pembelajaran kooperatif TPS juga memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar mahasiswa. Mahasiswa menyatakan bahwa penyajian materi disukai, merasa tertarik untuk memecahkan masalah melalui diskusi, rasa kebersamaan muncul selama belajar kelompok berlangsung, dan suka bekerja keras agar semua anggota berhasil mengerjakan tugasnya masing-masing.

IMPLIKASI

Untuk dapat memanfaatkan pendekatan kooperatif secara efektif dan efisien di dalam kelas beberapa hal berikut dapat menjadi panduan: (1) pada tahap awal, dosen/guru mempersiapkan materi, menyampaikan indikator hasil belajar dan kompetensi yang akan dicapai mahasiswa, memberi penjelasan tentang TPS, dan melakukan pembagian mahasiswa/siswa secara heterogen, serta mempertanyakan konsep prasyarat mahasiswa/siswa; (2) pada kegiatan inti pembelajaran, dosen menyampaikan konsep materi secara klasikal, memberikan bahan diskusi, dan memberi kesempatan mahasiswa/siswa berpasangan membahas materi serta memberikan bimbingan dan melayani mahasiswa/siswa berdiskusi; (3) pada tahap akhir, mahasiswa/siswa menyimpulkan konsep materi penting yang dipelajari, dosen/guru memberikan refleksi, memberikan kuis individu, dan diakhiri dengan memeriksa lembaran jawaban mahasiswa/siswa.

Tahun Laporan : 2006Bidang Ilmu : Pendidikan MatematikaSARI PENELITIAN

Leave a comment